اَلْحَمْدُ
ِللهِ اَّلذِيْ أَمَرَنَا أَنْ نتَعَاوَنَ عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلاَ نَتَعَاوَنَ
عَلَى اْلإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ. أَشْهَدُ أَنْ لاََّ اِلهَ اِلاَّ الله ُوَحْدَهُ
لاَ شَرِيْكَ لَهُ كَتَبَ السَّعَادَةَ لِمَنْ عَمِلَ شَرَائِعَ
اْلإِسْلاَمِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدً
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه بَعَثَ اللهُ رَحْمَةً لِلْعَلَمِيْنَ. َاللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ
عَلى سَيِّدِناَ ُمحَمَّدٍ وَعَلىَ الِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ اْلقُرْآنَ . أَمَّا
بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ. أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ
فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. إِتَّقُوْا الله َحَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ
وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Jama'ah
sholat jum'at yang berbahagia.
Tidak
ada kata yang tepat untuk disampaikan dalam kesempatan yang mulia ini kecuali
marilah kita meningkatkan rasa taqwa kepada Allah SWT dengan melaksanakan
segala perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya, sehingga kehidupan kita
akan mendapatkan kebahagiaan di dunia maupun di akhirat serta amal perbuatan kita
mendapatkan ridho-Nya.
Selanjutnya
marilah kita bersyukur kepada Allah atas segala nikmat dan hidayahnya, berupa
umur panjang, kesehatan jasmani dan rohani, terlebih lagi nikmat yang berupa
Iman dan Islam.
Jama'ah
sholat jum'at yang dimuliakan Allah,
Dalam
setiap segi kehidupan dimanapun kita berada, ajaran Islam sangat mengutamakan
kebersihan. Baik kebersihan jasmani, rohani maupun lingkungannya, terutama yang
berkaitan dengan masalah ibadah.
Kebersihan
dalam ajaran Islam secara garis besar dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu :
kebersihan rohani, kebersihan jasmani dan kebersihan lingkungan sekitarnya.
Kebersihan rohani merupakan prioritas utama, hal ini terkait dengan tujuan
diutusnya Rasulullah Saw. Kepada umat manusia yang tak lain adalah untuk menyempurnakan
akhlaq. Bahkan boleh dikatakan bahwa keseluruhan proses perjalanan kerasulan
Nabi Muhammad Saw, adalah diprioritaskan pada penyempurnaan akhlaqul karimah
ini.
Prioritas
utama pada penyempurnaan akhlaqul karimah ini dikarenakan adanya sifat
dan watak manusia yang berbeda-beda dan beraneka ragam bentuknya. Maka dengan
pembinaan pada watak dasar yang baik ini diharapkan menjadi umat terbaik yang
selalu mengajak kepada kebaikan dan kemaslahatan dunia.
Baik
buruknya akhlaq manusia dapat dinilai dari kebersihan hati yang tercermin dari
tingkah laku lahiriah, sebagaimana sabda Rasulullah Saw:
أَلآَ َإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً، إِذَا
صَلَُحَتْ صَلَُحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ
اَلا َوَهِيَ الْقَلْبُ (رواه البخاري و مسلم)
" Ketahuilah, bahwa di dalam jasad itu ada segumpal
daging, jika ia baik, maka baiklah jasad seluruhnya, dan jika ia rusak, maka
rusaklah jasad seluruhnya, ketahuilah! itulah hati (kalbu)". (HR.
Bukhari dan Muslim)
Jama’ah
jum'at rahimakumullah,
Kebersihan
jasmani juga tidak boleh dilupakan. Kebersihan jasmani meliputi kebersihan
badan maupun pakaian, agar nampak sedap dipandang. Orang yang dapat menjaga
penampilan akan memberi nilai tambah terhadap penilaian orang lain, karena
itulah yang pertama kali diperhatikan. Pakaian yang bersih serta aroma yang
sedap tentu berbeda dengan pakaian yang lusuh dan kumal, ditambah aroma yang
kurang sedap.
Selain
sedap dipandang, kebersihan juga akan menambah kekhusukan dalam ibadah, karena
orang yang terbiasa hidup bersih cenderung terbebas dari gangguan kesehatan,
baik yang ringan maupun yang berat. Akan tetapi bersih tidak identik dengan
mahal. Pakaian yang bersih tidak harus mahal, sebaliknya pakaian yang murah
tidak mesti lusuh dan kotor.
Disamping
itu, kebersihan lahiriah juga menjadi salah satu sarat utama sah tidaknya suatu
ibadah serta mendapat nilai tinggi terkait dengan masalah keimanan, sebagaimana
sabda Rasulullah Saw:
النَّظَافَةُ
مِنَ اْلإِْيمَانِ
“Kebersihan adalah sebagian dari Iman.”
Selain masalah kebersihan yang terkait langsung dengan
pribadi seseorang, ajaran Islam juga mengatur masalah kebersihan lingkungan
sekitar. Hal ini disebabkan setiap manusia tidak mungkin terlepas dari
lingkungan sekitarnya, baik yang berupa benda hidup maupun benda tak hidup.
Selain itu kedamaian, kemakmuran dan kesejahteraan serta kelangsungan hidup
umat manusia sangat tergantung kepada alam sekitarnya.
Bencana
alam yang terjadi secara bertubi-tubi akhir-akhir ini tidak terlepas dari cara
kita mengelola alam. Eksploitasi alam yang hanya mengejar kepentingan diri
sendiri tanpa memperhatikan dampak sesudahnya terhadap lingkungan, terbukti
telah menampakkan hasilnya. Banjir, angin topan, tanah longsor, kekeringan dan
sebagainya, jika kita telusuri dengan seksama, sebagian besar adalah karena
hasil dari kelakuan kita sendiri. Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt :
ظَهَرَ
الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُم
بَعْضَ الَّذِى عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ (الرّوم: 41)
“Telah
nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan
manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat)
perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. (Qs. Ar-Rum,
30 : 41)
Jama'ah jum'at rahimakumullah,
Oleh sebab itu marilah kita mulai dari sekarang untuk melakukan
introspeksi, dimulai dari diri kita sendiri, apakah tindakan kita selama ini
sudah sesuai dengan norma-norma pergaulan serta kaidah agama. Setelah itu kita
berusaha untuk melakukan perbaikan.
Karena itulah Rasulullah Saw menggolongkan orang yang memperhatikan
kesejahteraan umum dan lingkungannya sebagai orang yang dalam dirinya telah
terhimpun keimanan, sebagaimana sabda Beliau :
ثَلاَثٌ
مَنْ جَمَعَهُنَّ فَقَدْ جَمَعَ اْلإِيْمَانَ اْلإِنْصَافُ مِنْ نَفْسِهِ وَبَدْلُ
السَّلاَمُ لِلْعَالَمِ وَاْلإِنْفَاقُ مِنَ اْلإِفْقَارِ (رواه البخاري)
" Tiga hal,
barangsiapa yang dapat menghimpunnya, maka sesungguhnya ia telah menghimpun
iman, yaitu :
1.
Kemampuan untuk
mengendalikan diri sendiri,
2.
Memberikan kesejahteraan
terhadap alam,
3.
Memberikan infaq walaupun
dalam keadaan membutuhkan "(HR Bukhari).
Allah
SWT juga memerintahkan kepada kita agar menjaga kelestarian alam sekitar, dalam
firman-Nya :
وَابْتَغِ
فِيْمَا أَتاَكَ اللهُ الدَّارَ اْلآَخِرَةَ وَلاَ تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ
الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللهُ إِلَيْكَ وَلاَ تَبْغِ الْفَسَادَ فِي
اْلأَرْضِ إِنَّ اللهَ لاَ يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَ (القصص: 77)
“Dan
carilah pada apa yang telah dianugrahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat,
dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi, dan berbuat
baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan" (Qs. A1
Qashas , 28 : 77)
Demikian khutbah jum'at kali ini, semoga bermanfa'at
dan Allah selalu memberi taufiq serta hidayah kepada kita semua. Amin.
بَارَكَ
اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِى الْقُرْءَآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ
ِبَماَ فِيْهِ مِنَ الآَياَتِ وَالذِِّكْرِ الْحَكِيمِْ. وَتَقَبََّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ
إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ، وَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ
الرَّحِيْمُ.
0 komentar:
Posting Komentar